BUNUH DIRI BUKANLAH SOLUSI
http://leuserantara.com |
Kasus Bunuh Diri Teranyar Abad Ini
Baru-baru ini publik dikejutkan oleh aksi bunuh diri yang dilakukan
oleh dua orang yang punya nama, dan dapat dikategorikan keduanya hidup dalam
keadaan mapan dan berkecukupan, bahkan dielu-elukan oleh para penggemarnya.
Aksi bunuh diri itu dilakukan oleh dua orang yang berbeda negara dan bidang
pekerjaan. Yang satu merupakan Oka Mahendra (asal Indonesia), Ceo Takis
Entertainment dan orang dibalik ketenaran selebgram Karin Novilda (Awkarin)
lengkap dengan segala kontroversinya. Pria berbadan tambun ini juga merupakan
mantan kekasih Awkarin. Ayah Oka mengatakan penyebab anaknya bunuh diri ialah collapsed
by design. Sebuah istilah baru yang bahkan tidak terdapat dalam istilah
psikologi.
“Yang jelas, membuat collapsed (kejatuhan) dengan
direncanakan semacam black campaign, juga termasuk collapse by design.
Kemudian korban biasanya dihadapkan pada dua pilihan. Bisa menjadi benar-benar
sengaja bunuh diri. Atau menjadi depresi berat hingga terbunuh perlahan-lahan
(tanpa berniat bunuh diri). Karena membuat seseorang menjadi collapsed dalam
waktu singkat tidak mudah. Betul-betul harus by design, diatur dengan
segala strategi, secara konsisten dan kontinu. Diserang dari segala sisi oleh
banyak orang sehingga korban merasa tidak ada jalan keluar. Bisa dibilang
inilah bullying sesungguhnya. Tidak sekadar orang yang menerima ejekan
lalu mengaku dibully,” terang Anggia Chrisanti, Konselor dan Terapis di
Biro Konsultasi Psikolog Westaria sebagaimana dikutip dari Aura.co.id.
Sedangkan, yang kedua ialah Chester Bennington, 41 tahun (asal
Amerika), merupakan vokalis band rock alternatif, Linkin Park yang mengakhiri
hidupnya dengan gantung diri. Banyak pihak yang berspekulasi bahwa kematiannya
yang tragis itu dikarenakan depresi yang bersangatan. Liputan6.com
sempat merangkum 6 fakta menyedihkan dalam hidup seorang Chester yang
mendorongnya untuk bunuh diri, berikut beberapa diantaranya:
1.
Perceraian
orangtua yang menjadikan dia broken home.
Orangtua Chester bercerai saat ia berusia 11 tahun, dan sejak itu
ia diasuh oleh ayahnya, seorang penyidik kepolisian yang terlalu sibuk bekerja.
“Saat itu adalah masa-masa yang sulit. Aku membenci semua anggota keluargaku.
Aku merasa diabaikan oleh ibuku. Kondisi mental ayahku kurang stabil saat itu.
Dan tak ada orang yang bisa kuajak bicara saat itu. setidaknya itu yang
kurasakan dalam pikiran masa kecilku”
2.
Pernah
mengalami kekerasan seksual oleh seorang teman yang lebih tua darinya. Dan
kekerasan seksual itu terus berlanjut hingga ia berusia 13 tahun. Ia juga tak
pernah mengungkap identitas pelakunya.
“Aku mulai dilecehkan sejak usia tujuh tahun atau delapan tahun.
Awalnya mulai dari sentuhan, rasa ingin tahu ‘ini apa ya’, hingga kekerasan
yang menyeluruh, benar-benar gila. Aku dipukuli dan dipaksa melakukan hal yang
tak ingin kulakukan. Ini menghancurkan rasa percaya diriku. Seperti kebanyakan
orang, aku terlalu takut untuk mengatakan segalanya. Aku saat itu tak mau orang
berpikir aku gay, atau sedang berbohong. Ini adalah pengalaman yang
sangat mengerikan”.
3.
Lari
ke narkotika sebagai solusi
4.
Bunuh
diri
Dari keduanya saya pribadi belajar, bahwa penyebab bunuh diri bukan
hanya dikarenakan masalah asmara, ekonomi dan keluarga. Tapi juga tidak sedikit
dilakukan oleh mereka yang terkenal dan berkecukupan hidupnya. Kebanyakan dari
mereka frustasi dalam menghadapi permasalahan hidup, dan menjadikan bunuh diri
sebagai salah satu solusi yang menurut anggapan mereka ‘terbaik’. Sungguh
setiap masalah pasti ada solusinya, dan sungguh Allah tengah menguji kita
sebagai hambanya. Lagipun, dengan bunuh diri, seseorang akan merasakan
penderitaan sebanyak tiga kali. Yaitu penderitaan di dunia yang mendorongnya
berbuat seperti itu, penderitaan menjelang kematiannya, dan penderitaan yang
kekal di akhirat nanti.
rumaysho.com |
Bunuh Diri Dalam Perspektif Islam
Lantas, bagaimana Islam menyikapi perihal bunuh diri? Berikut
beberapa intisari yang saya dapatkan dari sejumlah website, seperti:
1.
Hukum
menyalatkan orang yang mati bunuh diri
Hukum menyalatkan orang yang mati bunuh diri baik dengan
menggantung dirinya, menusuk dengan sebilah pisau, membakar dirinya, dan
meneguk racun. Maka, Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Jika ia seorang
muslim, maka ia tetap dishalatkan baik ia mati bunuh diri atau dibunuh oleh
orang lain.........”.
Jadi sebagai umat Islam, kita tetap diwajibkan untuk, memandikan,
mengafani, menyolatkan dan menguburkannya. Musabab itu adalah hak jenazah dan
merupakan kewajiban (fardhu kifayah) kita sebagai muslim. Oleh karena
itu, saya pribadi turut menyayangkan terjadinya kasus mesjid-mesjid yang sempat
menolak menyalatkan jenazah muslim pendukung Ahok pada saat Pilkada DKI lalu.
Semoga ini dapat menjadi bahan renungan kita bersama.
2.
Bunuh
diri bukan ajaran Islam
Islam tidak mengenal dan mengajarkan bunuh diri. Ajaran bunuh diri
hanya dikenal dalam ajaran Agama Shinto yang ada di Jepang, yang dilakukan para
samurai yang gagal melaksanakan misinya (harakiri). Juga oleh tentara Nippon
yang melawan musuhnya dengan jibaku, yaitu bunuh diri dengan menabrakkan
pesawat tempur ke kapal musuh. Pelaku bunuh diri tersebut melakukan tindakan
ini demi membela keyakinan akan masuk nirwana (surga) dalam ajaran Shinto.
Dalam Islam, aksi bunuh diri sering digunakan sebagai alternatif oleh para
jihadis timur tengah. Mereka melakukan hal tersebut untuk memperjuangkan agama
dan tanah mereka yang diporak-porandakan oleh bangsa penjajah. Namun, di
Indonesia hal tersebut disalah artikan dengan merekrut para pemuda dan
perempuan polos untuk dijadikan ‘pengantin’, guna mengebom tempat-tempat vital
yang ditargetkan oleh para gembong teroris. Jelas amat-sangat melanggar hukum
yang dianut di Indonesia (baca: bangsa yang plural penduduknya), dan bukan pula
negara muslim yang mendesak untuk dilakukan hal tersebut. Wallahu ‘alam bish
shawab.
3. Islam
mengharamkan bunuh diri, karena hanya Allah SWT yang berhak mengambil kehidupan
yang telah Dia berikan. Musabab, Allah telah menentukan dua jalan (takdir) yang
baik dan yang buruk. Jika seorang hamba memilih yang buruk maka itu adalah
takdirnya, begitupula sebaliknya, jika ia memilih jalan yang baik maka itu pula
takdirnya. Yang jelas Allah telah mengingatkan konsekuensi dari setiap pilihan
yang kita ambil, dan inilah yang disebut dengan ujian. Sungguh kehidupan tanpa
pilihan dan ujian adalah sangat monoton.
Namun pelakunya tidak digolongkan kafir, hanya saja merupakan satu
tindakan yang dibenci oleh Allah SWT
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah juga melanjutkan, “....... Jika ia
sampai membunuh dirinya sendiri, itu termasuk dosa besar. Karena seorang muslim
tidak boleh membunuh dirinya sendiri. Allah mengharamkan seorang membunuh
dirinya sendiri. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan
aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neaka. Yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah”. (QS. An-Nisa’:
29-30)
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang
membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya pada hari
kiamat, niscaya ia akan disiksa dengan cara seperti itu pula”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Tindakan bunuh diri adalah tanda lemahnya kadar iman. Padahal,
keberadaan iman (baca: agama) adala untuk mengurangi depresi mental, keluhan,
putus asa, dan kehampaan serta kepedihan dalam menjalani hidup. Sungguh Allah
tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatnya. “Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya......”
(QS. Al-Anbiya: 55). Walhasil, yuk mari jangan akhiri hidup kita dengan
sia-sia, dan yuk mari berhenti mem-bully seseorang tanpa henti
hingga ia kehilangan jati diri. Wallahu a’lam bish shawab.
Demikian.
Sumber rujukan: Rumaysho.com,
Infoyunik.com, Al manhaj.or.id, Republika.co.id, Islamqa.info.
Komentar
Posting Komentar