KONFLIK PALESTINA: KONFLIK KEMANUSIAAN!
Taken photo by: Asri Fahrizal |
Saya tidak tahu apakah ada kosakata dalam bahasa Indonesia yang
mampu untuk menggambarkan kekesalan saya ini, kegeraman saya yang membuncah
terhadap tindakan tentara zionisme Israel kepada rakyat sipil Palestina. Saya
pikir seekor anjing pun tidak akan pernah mengganggu tuannya yang sedang
beribadah, apalagi menendangnya. Tapi tampaknya hal itu berlaku di negara
jajahan Israel, Palestina, dimana seorang lelaki ditendang hingga terpental
dari sajadahnya. Biadab! Tidak cukup dengan itu, Israel la’natullah ‘alaih
kebali berulah dengan memasang detektor logam di sekitar Masjidil Aqsha, sehingga
menyulitkan umat muslim untuk beribadah disana. Alasan Israel melakukan hal itu
ialah untuk menghindari penyelundupan senjata yang dilakukan Palestina ke dalam
Masjidil ‘Aqsha. Saya pikir ini merupakan alasan yang terlalu dibuat-buat dan
dicari-cari. Saya pikir detektor logam itu hanya sebagai alibi untuk menangkapi
‘orang-orang Palestina’ yang tidak Israel sukai dan membuat mereka babak belur
hingga mati.
Padahal, masjid tersebut adalah masjid yang sakral nan mulia bagi
kami umat Islam untuk beribadah. Selain daripada merupakan kiblat pertama kami
ketika melaksanakan shalat, sebelum adanya perintah untuk menghadap ke Masjidil
Haram, Mekkah. Bahkan termasuk sebagai tempat yang mulia bagi orang ‘Yahudi’. Hingga
wajar saja menurut saya, jika kemudian hari Presiden Otoritas Palestina,
Mahmoud Abbas muntab sekaligus geram, dan menghentikan hubungan diplomatik dan
komunikasi dalam bentuk apapun dengan Israel. Pertanyaan saya, ‘Apakah hal
tersebut benar-benar bisa untuk dilakukan?’. Padahal, sampai dengan saat ini,
Palestina sebagai sebuah negara otoritas dibawah pengawasn PBB masih sangat
bergantung dengan Israel, seperti kebutuhan air bersih untuk hidup dan juga
listrik, sedangkan untuk makanan dan obat-obatan Palestina masih sangat
membutuhkan bantuan kemanusian dari luar negaranya. Itupun lebih sering sebagai
barang selundupan ditengah ketatnya pengawasan dan penjagaan tentara Israel
jahannam.
Dari sinilah saya memahami, bahwa konflik Israel-Palestina bukanlah
konflik agama antara Islam vs Barat. Saya pikir konflik ini lebih menjurus
kepada konflik kemanusiaan, yang diawali oleh keserakahan atas pencaplokan
tanah Palestina oleh Yahudi Israel yang berpahamkan Zionisme. Saya meyakini ada
banyak aliran Yahudi lainnya semacam Yahudi Ortodox yang mengecam pencaplokan
tanah ini, apalagi melalui jalan kekerasan dan pertumpahan darah. Oleh karena
itu, menurut saya, konflik ini jangan hanya menjadi pelecut bagi muslim dunia
untuk bersuara, tapi juga oleh seluruh umat beragama di dunia ini demi tegaknya
kemanusiaan. Membantu dan membangun lagi Palestina. Lagipun ada banyak juga
warga non-muslim disana. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Turki,
Recep Tayyip Erdogan, “Tak perlu menjadi muslim untuk membela palestina, cukup
kau jadi manusia!”
Saya pikir Zionisme sebagai paham radikal yang ada dalam tubuh
agama Yahudi harus benar-benar dimusnahkan dari muka bumi ini. Lewat teman,
saya baru mengetahui bahwa Zionisme pertama kali dideklarasikan oleh Theodore
Herzl, seorang wartawan yang akhirnya menjadi Bapak pendiri Israel Raya. Dalam Protocol
of Zionisme, seluruh penganutnya dituntut untuk menguasai 12 poin, beberapa
diantaranya seperti media, bank, politik, ekonomi dan lobi dunia. Dan mereka
telah berhasil memiliki semua itu.
Photo Profile by Chairul Azhar.
|
Akibat bentrokan yang terjadi itu Palestina pun kembali mendapatkan
perhatian internasional. Bukan sebagai sebuah negara yang benar-benar merdeka,
melainkan sebagai sebuah negara, dimana rakyatnya bahkan kesulitan untuk
beribadah. Saya pikir inilah penjajahan yang disebut-sebut tidak sesuai dengan
prikemanusiaan, dan sekaligus menginjak-injak harga diri muslim dunia! Akibat
kebijakan ‘Penghinaan terhadap Islam’ itu Israel dan Palestina pun saling
bunuh-membunuh dan tikam-menikam. Sedikitnya ada tiga pihak warga sipil
Palestina dan tiga warga Israel yang menjadi korban, sedangkan ratusan lainnya
di pihak muslim mengalami luka-luka hingga dilarikan ke rumah sakit pasca
bentrokan yang tejadi saat demonstrasi berlangsung. Saya yakin korban di pihak
Palestina akan terus bertambah, sebab sebagaimana yang sudah-sudah kekejaman
dan kekejian Israel dalam menyiksa, menangkap bahkan membunuh terkenal sangat
masif. Secara persenjataan pun Israel lebih berada, tampak dari
pemberitaan-pemberitaan yang menyebutkan mereka menggunakan granat setrum dan
gas air mata untuk membubarkan massa. Berbanding terbalik dengan Palestina yang
hanya bermodalkan tekad, keberanian dan sekepal batu di tangan. Allahu
akbar!
Kini masyarakat Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya
Islam, ikut merasakan kepedihan itu, sekaligus balas budi atas pengakuan
Palestina atas kemerdekaan RI dulu, walaupun Palestina adalah sebuah negara
yang ‘takkan’ pernah utuh. Hampir di setiap daerah-daerah di Indonesia seperti
di Malang, Bandung dan Medan, masyarakatnya turun ke jalan, berdemostrasi,
melaknat Israel, meneriaki Save Palestine dan Save Al-Aqsha.
Mereka mengecam penutupan akses umat ke Masjidil Aqsha oleh Israel. Dan hanya
itu yang bisa mereka lakukan; turun ke jalan, berdemo, dan mendermakan apa yang
mereka miliki untuk Palestina tercinta. Sedangkan di tingkat yang lebih tinggi
seperti pemerintahan misalnya, mereka pun hanya bisa mengutuki, mengecam dan
begitu terus hampir di setiap tahunnya. “Menolak segala bentuk aksi kekerasan
dan pelanggaran HAM, termasuk pembunuhan terhadap jemaah yang berupaya
menjalankan haknya untuk melakukan ibadah di Masjidil Al-Aqsa. Indonesia
mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera bersidang dan mengambil langkah untuk
memberhentikan tindak kekerasan keamanan Israel di Kompleks Masjid Al Aqsa.
Indonesia juga mendesak agar OKI dapat segera lakukan pertemuan darurat untuk
membahas situasi di kompleks Al Aqsa,” sebut pernyataan Kemenlu RI sebagaimana
dikutip dari bbc.com.
Sedangkan di tingkat dunia, dikabarkan DK PBB baru akan bertemu dan
membahas situasi yang ada. Itupun berkat adanya desakan dari Swedia, Mesir dan
Prancis. Dua diantara pembahasannya seperti membahas pengganti detektor logam
tersebut, dan de-eskalasi situasi. Benar-benar tidak menyentuh inti persoalan!
Bak lagu Michael Hearts, “While the so-called leaders of countries afar/
Debated on who’s wrong or right//”. Terkadang saya sebagai orang awam
berpikir sederhana saja, ‘Mengapa kita sebagai negara-negar muslim dan
negara-negara yang peduli dengan nasib kemanusian di Palestina tidak dapat
memukul mundur seorang bocah tengik bernama Israel?!’. Ya, mungkin karena ada
banyak sekali birokrasi dan pertaruhan ekonomi-politik suatu negara didalamnya.
#SavePalestine #FreeAqsa #SayaIndonesia #SayaBantuAlAqsha #AksiBelaPalestina
#IndonesiaBelaAqsha #SaveAlAqsa #PrayForPalestine
Komentar
Posting Komentar