TANGKAL RADIKALISME DI MEDSOS
sgimage.detik.net.id |
“Gara-gara satu titik, rusak susu sebelanga”, mungkin itu adalah kalimat yang pas untuk menggambarkan fenomena
pemblokiran Telegram versi website oleh Menkominfo, Rudiantara.
Awalnya saya bersikap ketus, bahwa ini semakin menunjukkan pemerintahan kita
yang mulai represif dalam menyikapi kebebasan berpendapat di media sosial.
Tetapi setelah saya baca-baca kembali, ternyata langkah ini merupakan suatu hal
yang tepat untuk menangkal pengaruh radikalisme dan terorisme seperti tutorial
membuat bom di negeri kita ini. Pun, belakangan CEO Telegram, Pavel
Durov telah meminta maaf kepada Menkominfo terkait dengan adanya channel dalam
Telegram yang memiliki konten negatif, dan sangat berbahaya bagi keamanan
dan kenyamanan masyarakat Indonesia. Namun, belum dapat dipastikan kapan
pemblokiran terhadap Telegram akan dicabut. Mungkin, setelah Telegram
mengamini segala persyaratan yang telah diberikan Menkominfo.
Sebagai netizen, saya pikir kita juga punya tanggungjawab
untuk mengawasi, tidak mentolerir, dan bahkan melaporkan konten-konten berbau
radikal, hoax, fake news baik dalam bentuk tulisan, foto, maupun video
yang mengandung unsur provokatif dan berseliweran di dunia maya seperti Facebook,
Twitter, dan Instagram bahkan juga Youtube. Jangan gara-gara
‘mereka’, kita pun ikut menjadi kambing hitam atas pemblokiran ini. Tentu kita
amat-sangat tidak ingin kembali ke zaman batu, dimana disana kita tidak bisa berselancar
di dunia maya sebagaimana yang kita lakukan saat ini. Ada sangat banyak dari
kita, yang saya pikir menggunakan media sosial untuk kelancaran pekerjaan
mereka. Jadi, ada sangat banyak dampak positifnya ketimbang yang ‘satu’ itu.
Walhasil, saya pribadi masih meyakini, bahwa Pemerintah dengan ‘ancaman’
pemblokiran ini sama sekali tidak bermaksud untuk memberangus kebebasan
berpendapat di era keterbukaan publik seperti sekarang ini. Kamu?
Bagaimanapun juga terorisme dengan segala bentuk dan
tindak-tanduknya hanya akan menciptakan ketidaktentraman ditengah-tengah
masyarakat, dan hanya akan semakin mendiskreditkan Islam. Padahal, terorisme
bisa muncul darimana saja dan berlatar belakang apapun! Untuk itu, literasi
dalam bermedia sosial juga perlu untuk kita galakkan bersama-sama. Yuk, saling
mengoreksi diri!
Komentar
Posting Komentar