JONRU DI MATA SAYA
pbs.twimg.com |
Di mata saya, Jonru Ginting adalah sosok yang kritis terhadap
berbagai kebijakan pemerintah yang tidak pro-Islam. Ia juga sangat mencintai
ulama. Lewat status-status di wall Facebook-nya, ia kerap membela Din
ini, sehingga tidak sedikit menuai kecaman dan bahkan mengancam keselamatannya
sendiri dari orang-orang yang tidak menyenanginya. Jonru di mata saya adalah
sosok kontroversial abad ini, yang dicintai umat Islam baik diam-diam maupun
terang-terangan, dan amat-sangat dibenci oleh lawan-lawannya. Tapi Jonru
tetaplah Jonru, ia tak hiraukan orang-orang yang bersebrangan dengannya. Ia maju
terus!
Menurut saya, Jonru ikut tergerak hatinya untuk membela agama ini
(baca: Islam), karena melihat posisi umat Islam Indonesia saat ini yang
seolah-olah dipermainkan, para ulama sebagai ‘pewaris para nabi’ dikambing
hitamkan, ormas Islam dibubarkan, penista agama dilonggarkan dan Islam yang
semakin dipermasalahkan. Sehingga, mungkin ia geram dan ingin menyadarkan
pemimpinnya lewat status-statusnya yang ketus dan bernada satire, serta
sedikit banyak cenderung menyalahkan pemimpin tersebut lewat
kebijakan-kebijakannya. Namun, entah kenapa kebanyakan statusnya di mata saya
kerap memiliki data valid dan bukti yang kuat untuk meneguhkan pemikirannya
tersebut.
www.facebook.com |
Selain itu, di mata saya Jonru adalah penggiat media sosial yang
aktif menyebarluaskan pada negeri ini dan bahkan dunia, bahwa Islam bukanlah
agama teroris yang wajib diperangi dan diberantas, serta pemeluknya wajib
diperlakukan diskriminatif. Melainkan Jonru coba menegaskan berulang-ulang,
bahwa teroris-teroris itu adalah dedengkot-dedengkot yang tidak
bertanggungjawab mengatasnamakan Islam untuk melegalkan aksi-aksi brutal mereka
demi kepentingan-kepentingan politis! Lagipun menurut saya, Teroris bisa muncul
darimana saja, termasuk dari agama manapun yang tak harus Islam. Maka, Jonru di
mata saya sedikit banyak berjasa untuk meng-counter isu-isu negatif
tersebut yang dapat mencederai citra Islam di mata dunia.
Adapun hal yang dapat dicontoh dari sosok berkacamata ini ialah, ia
tidak menelan begitu saja informasi-informasi yang disampaikan media-media mainstream
(arus utama) tanah air, yang cenderung tidak balance (imbang) dalam
memberitakan Islam. Ia juga termasuk tokoh yang cicip-cicip dulu atas
informasi-informasi yang berseliweran tersebut. Jonru juga termasuk orang yang
gigih dalam usaha menggapai cita-citanya menjadi seorang wartawan. Walaupun gagal,
lulusan UNDIP ini tetap mencintai media massa dan terus mengasah kemampuannya
dalam menulis. Sehingga qadarullah (takdir Allah) menjadikannya sukses
di media sosial, yang menurut saya dampak penyebarannya lebih cepat, luas dan
merata dibandingkan dengan media-media konvensional lainnya. Mungkin itu salah
satu yang menjadikan Jonru terkenal seperti sekarang ini, selain daripada kasus
yang sempat melilit PKS dan LHI (Luthfi Hasan Ishaq) yang turut melambungkan
namanya ke permukaan konstelasi politik nasional.
Tetapi sebagai sesama muslim, yang dianjurkan Tuhan untuk saling
nasihat-menasihati. Maka, saya memiliki satu hal yang ingin saya sarankan
kepada Bang Jonru Ginting, yakni: Jangan sampai kekritisan kita menjadikan kita
tidak objektif, dan hanya ingin menangnya saja. Bahwa kitalah yang paling benar
dan pihak lain mutlak salah. Saya pikir, Bang, negeri ini butuh lebih dari
sekedar kritikan-kritikan pedas nan tajam. Tapi negeri ini juga butuh
solusi-solusi cerdas dari orang-orang seperti Abang.
Terakhir, Jonru mungkin menurut pendapat saya memiliki satu
cita-cita besar dalam dirinya, untuk menjadikan Islam di negeri ini sama
seperti di Turki, dimana Islam seharusnya disegani dan dihormati oleh dunia. Oleh
karena itu menurut saya, perjuangan Bang Jonru dan kawan-kawan belum selesai
dan harus lebih gigih lagi dalam memperjuangkannya. Semangat!
Baru-baru ini Jonru melakukan dakwah safari di Kota Medan, pada Jum’at
14 Juli – 16 Juli 2017. Dalam agenda kunjungannya tersebut terdiri dari
beberapa rangkaian acara, seperti Talkshow bertema “Membongkar Topeng
Media di Balik Isu Radikalisasi & Islamophobia”, Pelatihan Dakwah Cyber di
Kantor MUI Medan, dan Subuh Akbar dilanjutkan dengan Halal Bihalal Umat Islam
Bela Ulama di Mesjid Al-Jihad, Medan. Pada talkshow yang diadakan pukul
13.30 itu misalnya, Jonru berpendapat bahwa sekarang ini umat Islam tidak lagi
diserang secara fisik, tapi diserang baik secara mental maupun
ajaran-ajarannya. “Banyak bahkan orang Islam menyerangnya agama sendiri,”
jelasnya di Hotel Saka Gagak Hitam seperti dikutip dari harianamanah.id.
Komentar
Posting Komentar