GANJA BUKAN OLEH-OLEH ACEH
http://www.lgn.or.id |
Jujur saya sering merasa kesal, jika daerah kelahiran saya, Aceh
dikatakan sebagai salah satu daerah penghasil ganja terbaik di dunia. Apalagi,
Aceh juga memiliki dataran tinggi (lereng perbukitan) yang sangat subur seperti
Lamteuba, Indrapuri, Montasik, Seulimum yang kebanyakan terdapat di Aceh Besar.
Ditambah lagi dengan tangan-tangan petani Aceh yang memang sangat telaten dalam
menanamnya. ‘Mereka’ bahkan mengatakan ganja sebagai oleh-oleh khas Aceh. Saya
benar-benar muntab! Pasalnya tak tanggung-tanggung, ‘mereka’ juga mengklaim mie
Aceh itu enak karena dicampur bumbu daun ganja, sehingga menimbulkan aroma dan
rasa yang khas. Padahal, Islam di Aceh sangatlah kental, sehingga keberadaan
ganja di Aceh benar-benar bertolak belakang. Jelas-jelas Islam sangat
mengharamkan segala sesuatu yang memabukkan. “Semua yang memabukkan adalah
haram” (HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibn Majah, at-Tirmidzi dan
Ahmad). Jadi ganja bukanlah oleh-oleh dari Aceh, melainkan dari oknum-oknum
Aceh. Sungguh, rakyat Aceh sangat memegang teguh syariat Islam yang dianutnya.
Saya meyakini citra ganja yang begitu melekat pada daerah Aceh
ialah karena banyaknya pemberitaan mengenai itu. Ada sangat banyak kurir asal
Aceh yang tertangkap di bus ataupun bandara bersama barang haram bawaannya.
Mirisnya lagi, barang haram tersebut kerap didapati didalam pakaian dalam
hingga dalam organ tubuh mereka. Sayang, mereka rakyat Aceh yang tergolong
tidak mampu ini harus mendekam lama di penjara, hanya karena diiming-imingi
uang ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Benar-benar menunjukkan bahwa
rakyat Aceh masih jauh dari kata sejahtera, sehingga menghalalkan segala cara
agar asap dapur tetap mengepul. Menurut saya, penangkapan mereka oleh polisi belum
menyentuh ke akar persoalannya, karena sampai dengan detik ini siapa bos bandit
dan dimana markasnya tak pernah terungkap. Polisi harus bekerja lebih keras
lagi!
Sekalipun ganja memiliki
dampak positif di bidang kedokteran dan pengobatan, namun mengonsumsi ganja
tanpa adanya petunjuk dokter hanya akan menjadikan pemuda di Aceh gelek dan
malas-malasan. Akibatnya perekonomian masyarakat Aceh terancam stagnan alias
jalan di tempat. Bahkan, berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika,
ganja termasuk golongan yang sama sekali dilarang digunakan, sekalipun untuk
kepentingan pelayanan kesehatan.
Entah siapa yang memproklamirkan ganja sebagai tradisi masakan Aceh
seperti kuah beulangong masih menjadi misteri. Yang pasti, keberadaan
ganja di bumi serambi mekkah jelas amat-sangat bertentangan dengan semangat
keisalaman yang mereka junjung tinggi. Benar-benar mencoreng muka kami orang
Aceh di mata dunia! Oleh karena itu, segenap elemen masyarakat Aceh harus
saling bahu-membahu untuk membersihkan muka kita yang sudah terlanjur dan
terus-menerus tercoreng ini. Baik itu pemerintah (Pemda/Pemkot/Pemkab), ulama
(MPU), Dinas Syari’at Islam, cendekiawan dan aparat penegak hukum (Polri/Polda)
hingga orangtua. Memang penerangan sudah sedari dulu telah dilakukan, namun
menurut saya itu masih menyentuh masyarakat perkotaan saja. Adapun masyarakat
Aceh pedesaan terpaksa mengikuti perintas ‘Bos Mafia Besar’, demi memenuhi
kebutuhan hidup mereka yang memang sangat memprihatinkan.
Sudah saatnya, ketelatenan petani Aceh dalam menanam tetumbuhan
diarahkan untuk menanam sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama.
Sudah saatnya, hamparan dan berhektar-hektar ladang ganja di Aceh berubah
menjadi agrikultural yang menjadi kebanggan masyarakat Aceh. “Kami akan buat
program alternatif development. Masyarakat di Aceh perlu diubah pola
pemahamannya dan penanamannya. Harus ada solusi penanganan ke depan, bagaimana
masyarakat itu tak lagi menanam ganja,” ujar Kepala BNN, Komjen Budi Waseso
sebagaimana dikutip dari Kompas.com (Selasa 21/2/2017).
*Penulis adalah Khairullah, S.I.Kom, alumnus Departemen Ilmu
Komunikasi USU 2017, yang hobi menulis dan sempat menimba ilmu agama di
Pesantren Ulumuddin, Uteunkot Cunda, Kota Lhokseumawe. Sekarang sedang sibuk
memperbanyak viewers blognya dan juga tengah mencari pekerjaan (job
seeker).
Komentar
Posting Komentar