JALAN DAKWAH
Dakwah
tidak hanya diwajibkan bagi mereka yang berpeci, tapi juga bagi mereka yang
berambut funky. Dakwah tidak hanya
diwajibkan bagi mereka yang berbaju teluk belanga, tapi juga bagi mereka yang
lulusan sarjana. Dakwah bukan hanya milik mereka yang bercelana kain, tapi juga
bagi mereka yang bercelana jeans.
Dakwah bukan hanya milik mereka yang bersendal jepit, tapi juga kewajiban bagi
mereka yang bersepatu lars dan memanggul senjata sekalipun. Kini, dakwah bisa
dilakukan dimana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja (anywhere, anyone, and anytime). Bagi mereka yang percaya bahwa
kekuasaan Allah perlu untuk diserukan ke seluruh penjuru alam.
Ada
banyak cara untuk berdakwah. Tidak harus di dalam mesjid, tidak harus lulusan license, tidak harus menggemggam microphone, bahkan tidak perlu ada
jutaan jama’ah yang mendengarkan ceramah kita. Cukup satu pendengar saja, maka
itu pun sudah dikatakan dakwah.
Dalam
ilmu komunikasi, ada beberapa jenis komunikasi, seperti komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi massa, komunikasi politik, serta
komunikasi antarbudaya. Jika kita punya hasrat untuk menyerukan rahmatan lil’alamin-nya agama islam,
maka pemahaman akan hal ini perlu diketahui lebih lanjut demi suksesnya dakwah
yang dilakukan.
Komunikasi
interpersonal atau komunikasi antar pribadi orang, mengajarkan bahwa berdakwah
dapat dilakukan antar dua orang atau lebih (diadic
atau triadic), seperti sharing ilmu agama ataupun curhat
masalah kehidupan yang sedang dilalui misalnya. Komunikasi interpersonal dapat
dilakukan dimana saja, saat sedang senggang ataupun di sela-sela kesibukan.
Asalkan tidak menganggu amanah pekerjaan kita tentunya.
Fungsi
dari berdakwah ini pastinya mengajak (persuasif) teman, sahabat, atau orang
terdekat kita untuk dapat memahami luhurnya agama kita. Seperti mengajak teman
memakai hijab, jika dulunya dia membiarkan rambutnya tergerai dan tanpa sengaja
menggoda mata lelaki. Ataupun mengajak kawan kita yang dulu bolos shalatnya
menjadi keranjingan, bahkan ditambah dengan mengajaknya mengkhatamkan satu
lembar Qur’an setiap harinya. Subhanallah.
Tidak ada salahnya dicoba, asalkan kita mengetahui situasi kondisi serta cara
penyampaian yang baik dan benar.
Komunikasi
kelompok sering diterapkan oleh mahasiswa yang ikut terlibat aktif dalam LDK
(Lembaga Dakwah kampus). Anggota LDK ini biasanya memiliki masing-masing satu
kelompok kecil yang diberi nama kelompok mentoring,
dengan satu orang senior sebagai pemimpinnya. Tentunya komunikasi yang terjadi
dalam kelompok ini merupakan suatu hal yang positif. Disini, setiap anggota
dapat saling bertanya, menambah wawasan seputar islam, menjawab problema yang
sedang terjadi di lingkungan muslim seperti stigma terorisme, gender dan
sebagainya, serta bagaimana cara menanggapinya. Komunikasi kelompok ini akan
menjadikan para anggota LDK memiliki keterikatan psikologis (kejiwaan), sebab
memiliki satu tujuan yang sama. Yaitu dari sebuah lingkaran kecil yang
berkuantitas terbatas, namun niat lillahi
ta’ala mencari jati diri akan kebenaran.
Saat
ini fenomena bermunculnya banyak televisi bermuatan dakwah pun merupakan salah
satu bentuk pemanfaatan komunikasi massa sebagai area dakwah. Komunikasi massa
merupakan komunikasi yang terlembaga dan memiliki tujuan serta efek yang jelas.
Televisi yang bercirikan audio + visual + motion
picture, tentunya menjadi ajang dakwah berbasis media yang efektif di zaman
berpacu dalam teknologi ini.
Berdakwah
juga berhak dan layak dilakukan oleh para pejabat negara. Bukan lantas, dengan
jadinya pejabat negara malah secara sepihak melakukan pemisahan dikotomis
antara negara dan agama. Apalagi, jika pemimpin-pemimpin politik kita adalah
seorang muslim, maka cobalah membiasakan diri memasukkan ayat-ayat Allah dalam
setiap pidato politiknya. Tujuannya jelas, agar masyarakat tidak lupa bahwa
mereka masih memiliki Tuhan tempat mereka meminta dan memohon pertolongan atas
segala keluh kesah yang menggeluti kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terakhir,
komunikasi antarbudaya juga dapat diterapkan sebagai bentuk metode dakwah
modern saat ini. Dengan memahami aspek sosiologis dan antropologis akan sasaran
dakwah kita, tentunya menjadikan isi kandungan dakwah kita semakin nancep di hati lawan bicara kita.
Lantas, tunggu apa lagi? Kamu ingin memilih jalan dakwah yang mana? [Sekian].
Komentar
Posting Komentar