LIMA PENGHAMBAT MENJADI SHOLEH DAN SHOLEHAH
Ali
Karamallahu wajhah, salah seorang
sahabat yang menjadi Khulafaur Rasyidin
keempat sekaligus menantu Rasulullah Muhammad SAW pernah berkata, bahwa
setidaknya ada lima perkara yang menjadi penghambat seorang hamba Allah menjadi
sholeh dan sholehah, yaitu:
Pertama,
senang dalam kebodohan. Masih banyak diantara umat muslim saat ini beribadah
kepada Allah karena alasan ikut-ikutan saja. Mereka beribadah sebagaimana
mereka melihat orang lain beribadah, dan tanpa dilandasi ilmu fiqh yang benar. Contohnya: Masih banyak
diantara kita yang membuka telapak tangan kanan ketika salam ke arah kanan.
Alasannya dengan membuka telapak tangan kanan berarti membuka pintu surga,
sedangkan telapak tangan kiri tidak boleh dibuka sebab itu merupakan pintu
neraka. Atau ketika sebagian dari kita bersujud, namun yang menyentuh lantai/
sajadah bukan dahinya melainkan lobe/ peci yang dikenakannya. Atau lagi saat
kita hendak bangun dari sujud, masih banyak dari kita yang mengepalkan kedua
jemarinya tanpa maksud dan alasan yang jelas.
Ini
adalah perilaku yang itdak berdasar dalam setiap gerakan shalat, melainkan
ikut-ikutan saja. Dan inilah yang mendasari umat muslim dunia untuk menuntut
ilmu agama, agar ibadah yang kita laksanakan diterima Allah SWT. Pengajaran
tersebut bisa kita dapatkan di perkumpulan majelis ta’lim, diskusi rohis di sekolah-sekolah, dan mendengar penjelasan
tuan-tuan guru kita. Asalkan kita mau mencari ilmu tersebut, insya Allah selalu ada jalan. Dan
tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat.
Kedua,
riya dalam beramal. Jika kita
melaksanakan shalat dhuha agar dipuji orang, atau karena status kita ustadz,
alim-ulama dan sebagainya. Maka niat kita tersebut sudah salah. Jika shalat
dhuha kita semata agar ingin kaya, dimudahkan pekerjaan maka itu juga salah.
Beribadahlah karena niat ikhlas lillahi
ta’ala, baru kemudian menyelipkan do’a-do’a kita di penghujung shalat.
Ketiga,
terlalu mencintai dunia. Allah memang tidak melarang kita untuk mencari
penghidupan di dunia, tapi jangan sampai kesibukan dunia itu yang melupakan
kita terhadap rukun islam seperti mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa
di bulan ramadhan, dan juga menunaikan ibadah haji. Jangan pula kesibukan
mencari harta mencari benda membuat kita lupa pula bermuammalah kepada manusia, menyambung silaturrahmi dan sebagainya.
Seharusnya setiap muslim dan muslimah, mampu mensinkronkan antara kehidupan
dunia dan akhiratnya. Dunia sementara, akhirat selama-lamanya.
Keempat,
terlalu kikir yang berlebihan. Masih banyak saudara-saudara kita se-aqidah yang
masih kikir mengeluarkan hartanya demi kepentingan umat. Padahal shalatnya
rajin, tapi tidak diimbangi dengan sedekah, zakat, infaq atau waqaf yang
sebenarnya dia sanggup untuk menanggungnya. Ingatlah, bahwa didalam harta kita
yang kita usahakan terdapat hak-hak saudara kita, apalagi saudara kita yang
seiman se-aqidah.
Kelima,
merasa diri paling benar. ‘Ujub tidak
diperbolehkan dalam islam, apalagi jika
merasa diri paling benar, paling ‘alim
sedangkan orang lain di matanya selalu salah. Ingatlah saudaraku, bahwa tidak
ada manusia yang sempurna. Dan semakin seseorang mendekatkan diri kepada Allah,
maka semakin kencang pula angin ‘ujub
menerpa kita. Maka, daripada itu berhati-hati lah.
Semoga
kelima nasihat Ali Karamallahu wajhah
semakin menjadikan kita sholeh dan sholehah, serta terbebas dari segala
hambatannya. Amin.
Komentar
Posting Komentar