PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM WAJAH KEPEMIMPINAN

Perempuan adalah makhluk terhormat yang pernah diciptakan Allah SWT sebagai pendamping hidup laki-laki. Perempuan pertama kali muncul, saat Adam as merasa kesepian dalam mengarungi hidup di surga dulu. Hingga, akhirnya Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam sebagai teman hidupnya. Alhasil, setelah menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga sejak diturunkan oleh Allah ke bumi, mereka pun memperoleh empat orang anak: Habil, Qabil, Iqlima, Labuda. Yang dinikahkan secara silang untuk memperoleh cucu manusia, sebagai cikal-bakal regenerasi khalifah di muka bumi.
Lewat seorang ibu lah anak manusia dilahirkan ke bumi. Derita antara hidup dan mati yang dirasakan ibunda kala mengandung dan melahirkan, membuatnya layak dan pantas untuk dicintai lebih dari cinta kepada seorang ayah, dan dibawah kakinya pula surga berada. Pantas lah jika perempuan yang bernama ibu itu menjadi anugerah terbesar yang pernah diciptakan Allah untuk ikut memakmurkan negeri ini. Jika rusak perempuan dalam suatu negeri, maka dapat dipastikan rusak lah negeri tersebut dari peradabannya. Oleh karena itu, wajar saja anak perempuan memiliki pola pendidikan secara formal dan informal jauh lebih ketat ketimbang lelaki. Sebab perempuan itu spesial.
Kini, perempuan tidak hanya dilambangkan sebagai tempat mengutarakan cinta, kasih sayang, kelemah-lembutan, pengajaran pertama bagi anak-anak di dunia dan masih banyak lagi sifat baik lainnya. Tapi, di masa sekarang ini perempuan telah juga bertransformasi menjadi pemimpin-pemimpin negeri yang mengambil suatu kebijakan bagi masyarakatnya agar lebih sejahtera dan berkeadilan. Maka dari pada itu, muslimah juga harus mengambil suatu peran penting untuk juga ikut berpartisipasi dalam membangun negeri yang baldatun tayyibatun wa rabbun gaffur dalam suatu wajah kepemimpinan.
Bagi muslimah yang berminat untuk menjadi pemimpin disela-sela kesibukannya sebagai seorang istri atau ibu bukanlah suatu masalah yang berarti. Sebab, jika muslimah merasa yakin dengan kontribusinya mampu berguna bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa. Maka, majulah terus sebab walaupun kecil kontribusi yang dapat muslimah beri dalam kancah kepemimpinan, Allah akan tetap membalasnya sesuai dengan takaran yang berlaku.
Muslimah, menjadi pemimpin ibarat menjadi komandan perang, yang mengetahui diri sendiri dan mengetahui lawan secara tepat. Maka, pasukannya pun akan menang dalam 100 kali pertempuran sekalipun (che chi che phi, phai chang pai shen). Selain itu, ada lima unsur penting yang harus dimiliki muslimah yang telah mempunyai orientasi untuk bersama-sama membangun negeri:
1. Landasan hukum moral, yaitu penampilan kepemimpinan muslimah yang tidak bertentangan dengan kaedah yang telah berakar kuat dalam budaya dan norma masyarakat. Tentu, manfaatnya ialah kharisma muslimah pemimpin akan tertanam kuat di lubuk hati para pengikutnya.
2.  Membaca suasana, muslimah pemimpin yang bijaksanan adalah yang mampu membaca iklim politik dan iklim ekonomi untuk dikembang-tumbuhkan dengan mengacu kepada kesejahteraan dan pembangunan orang banyak.
3. Memanfaatkan SDA (Sumber Daya Alam) yang ada untuk kesejahteraan masyarakat banyak..
4.   Komando muslimah pemimpin yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
5.  Belajar dari banyak orang bijak, pakar, dan guru besar demi menyelesaikan suatu masalah dengan lebih baik.
Muslimah harus pula siap turun ke jalan dan langsung melihat penderitaan rakyat, menyeru kebajikan lewat contoh-contoh nyata kehidupan sehari-hari. InsyaAllah, muslimah pemimpin yang mengikuti kiat-kiat diatas akan menjadi pemimpin yang berkharismatik dan sekaligus rendah hati. InsyaAllah, di zaman perputaran dunia sekarang ini muslimah tidak hanya mampu merangsek masuk dalam kancah perpolitikan lokal-nasional-internasional saja. Tapi, juga meliputi aspek lain seperti ekonomi, sosial, budaya, bahkan pertahanan dan keamanan. InsyaAllah, muslimah pemimpin tidak hanya berharap pada laki-laki dan suaminya dalam membangun negeri. tapi, muslimah pemimpin adalah yang mengerti dan memahami bahwa pembangunan dapat dilakukan secara bersama-sama.

Muslimah, Yen Dadi Pingpinan Dadio Pandaringan Sing Kanbane Wong Akeh (Apabila anda menjadi pemimpin jadilah bagaikan pohon beringin rindang, tempat berlindung banyak orang). [Sekian]

Komentar

Postingan Populer