TAUHID SEBAGAI KUNCI MASUK SURGA


Di zaman sekarang ini, berbagai analisis dan metodologi kritis mewarnai beragam penelitian. Namun sayang, kesemua penelitian itu tidak ada satupun yang bertujuan untuk mengenal Allah secara lebih mendalam. Entah karena sistem pendidikan kita yang menganggap tabu jika mencampurkan antara dunia dengan agama. Ataupun memang karena banyaknya orang-orang pintar yang menganggap fenomena beragama sebagai sesuatu hal yang menyangkut mistis belaka.
Miris memang! Padahal di zaman Nabi Ibrahim dulu, beliau sudah menggunakan akal logika untuk menemukan siapa Tuhannya. Mulai dengan meyakini matahari sebagai pencipta umat manusia sampai kepada mempercayai bulan sebagai yang lebih hebat dari mentari. Namun, kesemua keyakinannya itu luntur satu persatu seiring dengan berjalannya waktu. Sebab, dia meyakini jika mentari berakhir ketika malam, dan bulan berakhir ketika pagi menjelang. Pasti, ini membuktikan preposisi dasar bahwa ada yang lebih hebat dari keduanya. Yaitu pencipta alam semesta raya ini.
Hingga, ketika dia dihadapkan kepada fenomena penyembahan berhala. Beliaupun mampu menjawab penyembahan terhadap patung merupakan sesuatu hal yang salah, dengan suatu analogi yang memukau dan memalukan lawannya. Yaitu, jika kita mau menyembah kepada patung-patung hasil kerajinan tangan manusia itu, seharusnya patung-patung dewa tersebut mampu melindungi hamba pemujanya. Lucunya, jangankan melindungi diri hambanya, melindungi dirinya saja sudah tidak bisa.
Allah menciptakan jin dan manusia tiada lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Tapi, tiada artinya beribadah itu tanpa dilandasi dengan tauhid yang satu. Sebab, kesyirikan sebagai lawan tauhid merupakan dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah, dan sebagai pertanda bahwa Tauhid adalah sebagai suatu kunci untuk memasuki surga.
Last but not least, sudah menjadi kewajiban muslim dan muslimat untuk semakin mempertebal tauhid dengan metodologi kritis dan analisis yang ada. Dan sudah menjadi tanggung jawab muslim-muslimat pula untuk terus mengukuhkan dan membuktikan bahwa Al-Quran berkesesuaian dengan perkembangan zaman. Berkesesuaian baik dalam konteks sosial bahkan ilmu pengetahuan yang paling mutakhir sekalipun. Mulai dari teori big-bang yang terbukti telah tercantum ratusan tahun didalam Al-Qur’an sebelum teori ini diketemukan, proton, elektron bahkan neutron yang tersirat dalam surah Al-Qur’an, juga ayat-ayat dari surah Yaasin yang banyak membicarakan tentang fenomena astronomi, dan tentunya masih banyak lagi bila kita punya keinginan guna mengkaji hal ini lebih lanjut. Hanya saja, maukah umat muslim menggerakkan semua itu semata karena ketauhidannya?

Komentar

Postingan Populer