SIAPA PEMILIK SUARA ITU?

Indah. Itulah satu kata yang dapat kugambarkan saat mendengar suara itu. Suara seorang perempuan yang sedang siaran di salah satu radio komunitas kampus. Ia berbicara seperti sedang bernyanyi, semuanya teratur dan sangat sistematis. Ibarat simfoni, dimana nada dan not-nya semuanya begitu teratur. Siapa dia? Aku hanya tahu namanya.

Apakah begini perasaan orang yang baru pertama kali mengagumi sosok orang dari balik suara, dan bukan dengan rupa. Aku tidak tahu! Lagipula, aku mengagumi bukan untuk memacari. Tapi, aku ingin tahu bagaimana gestur dan air muka orang yang bisa berbicara seindah itu. Apakah rahang mulutnya besar, sehingga bisa cas-cis-cus?
Itulah kelebihan radio sekaligus kelemahannya.
Tidak semua laki-laki menilai perempuan secara fisik saja; cantik paras dan bagus tubuh. Ada sebagian laki-laki yang suka mendengarkan suara perempuan yang halus dan lembut, tapi juga tidak terlalu lamban. Suara seperti itu sangat menentramkan laki-laki. Karena dibalik laki-laki yang dominan visualistis, masih tersisa mereka yang auditori. Namun karena dominan, laki-laki cenderung takut untuk membayangkan rupa si penyiar, apakah sejelita suaranya. Takutnya membeli kucing dalam karung. Tak sesuai suara dengan realita empunya.
Dari balik suara, aku juga dapat menerka-nerka bagaimana cara si cantik suara bersikap. Ketika  diganggu oleh dering telepon orang-orang yang tahunya main-main. Dia hanya menghela nafas dan bersabar. Kesemuanya itu terdengar jelas lewat desahan nafasnya yang berat. Sebagai pendengar, aku juga hanya dapat mengiba. Tapi, aku suka gayanya mengelola kesan secara professional. Terbukti setelah itu, ia masih bisa tertawa ringan, sembari mengingatkan bahwa itu adalah perbuatan iseng penelepon gelap yang tidak baik.

Kalau aku berjumpa dengannya aku ingin bertanya; “Apa kamu tidak merasa seperti orang gila; berbicara sendiri, menjawab sendiri, tertawa semdiri, mendesah sendiri didalam sebuah ruang dan hanya ditemani oleh alat-alat pendukung siaran?”. Aku ingin sekali menanyakan itu. Tapi, entah kenapa otakku mencoba-coba mengira jawabannya: “Penyiar adalah orang yang cerdas. Dia berbicara untuk menghibur telinga kita, dan itu tidak mudah. Bagus suara saja tidak cukup tanpa dibarengi ilmu; psikologi, komunikasi, dan ilmu apa saja. Yang dapat membuat pendengar betah dan terbukti ingin menjumpainya.[]”

Komentar

Postingan Populer