NABI TIDAK PEDHOPHILIA
Jika
ada yang menghina Rasulullah sebagai pedhopil, maka sungguh itu tidak berdasar.
Jika alasan mereka adalah karena nabi menikahi Aisyah saat berumur delapan
tahun. Maka, tuduhan tersebut terlalu dipaksakan dan diburu nafsu kebencian.
Andaipun
benar nabi mempersunting anak Abu Bakar as-Shiddiq
itu, namun beliau baru menjima’inya saat aisyah sudah beranjak dewasa. Dalam
budaya timur (termasuk kita) sudah menjadi tradisi di masa silam, saat bayi
baru lahir telah dijodohkan.
Jika
ada wacana pemerintah untuk menetapkan usia perkawinan ideal, itu bukanlah
karena ingin mendeskreditkan islam. Begitu pula halnya dengan KB. Maksud dan
tujuan pemerintah jelas, yaitu semata untuk dapat mengontrol laju demografi
penduduk di negeri kita.
Tidak
masalah jika kita menjadi penduduk terbesar keempat di dunia, setelah Cina,
Amerika, dan India. Tapi, demografi menjadi masalah besar saat demografi tidak
sebanding dengan tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara. Alhasil, lebih besar pasak daripada tiang!
Wajib
belajar 9 tahun yang sekarang 12 tahun, sampai dengan Kartu Indonesia Pintar
(era Jokowi) adalah langkah nyata pemerintah agar kalimat “ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa” tidak hanya membusuk di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
Jika
“kawin muda” mulai marak terjadi akibat “married
by accident”. Maka, mereka yang tergelincir itu, tidak punya persiapan
matang untuk membangun sebuah mahligai rumah tangga yang bermartabat.
Maka,
jika kita bisa berhusnuzdhan kepada kinerja pemerintah. Seharusnya, tak ada alasan
untuk tidak mempercayai Rasul yang shiddiq,
amanah, tablig, fathanah.[]
Komentar
Posting Komentar