KABAR DUKA DARI IZRAIL
Jika
ada hal yang paling ditakutkan mahasiswa. Itu adalah maut yang tidak dapat
diduga-duga, kapan datang dan kita tak bisa menangkalnya. Sehebat apapun kita,
sebijak apapun kita. Semuanya akan kembali kepada-Nya. Mulai dari yang beragama
sampai yang paling atheis sekalipun. Mereka harus mempertanggung-jawabkan amal
perbuatan mereka di dunia.
Malam
jum’at ini, aku mendapatkan kabar duka dari Izrail. Bahwa dia sudah mengambil
nyawa kakak ibuku. Ibuku tentunya sangat bersedih hati. Karena dulu kakak ibuku
sudah bertransformasi menjadi orangtua bagi ibuku. Membiayai hidupnya, bersama
mengarungi kerasnya hidup saat orangtua mereka juga dicabut nyawanya oleh
Izrail. Sekejam itukah Izrail? Bukankah dia hanya menjalankan tugasnya?
Aku
benar-benar takut jika sudah membayangkan ini. Bagaimana usahaku selama ini,
untuk segera selesai dan segera pulang berkumpul dengan keluarga. Aku tidak mau
jika nanti aku sudah sukses, namun aku tidak tahu kepada siapa kupersembahkan
kesuksesan tersebut. Na’udzubillahi min
dzalik. Sungguh aku berlindung kepada Allah dari hal yang demikian.
Apalagi
bagi mereka mahasiswa yang merantau. Hidup mereka penuh dengan ketidakpastian,
tentang hidup-tentang kematian. Aku juga jadi teringat dengan salah satu
tembang yang dinyanyikan oleh penyanyi religi Opick: “Bayi yang lahir, nyawa yang
hilang, burung yang terbang, ikan yang berenang”. Seolah-olah perjanjian hidup
dan mati kita sudah ditentukan semenjak kita lahir. Andai aku bisa kembali
melakukan perjanjian dengan Allah. Aku ingin Allah mengulur waktu kematian
diantara keluargaku. Agar kami bisa merasakan kesuksesan aku, adik-adikku untuk
sebuah kebanggaan. Persembahan terbaik kami teruntuk ayah dan ibu.
Aku
juga teringat dengan salah satu ayat al-Qur’an yang pernah kuhafal. Bahwa
“Sesungguhnya Allah mengujimu dengan sesuatu, seperti ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, kekurangan jiwa, kekurangan buah-buahan. Dan, berikanlah
kabar gembira bagi mereka yang bersabar”. Sungguh Ya Allah, aku hanya seorang
mahasiswa mewakili teman-teman mahasiswa yang lain, bahwa kami benar-benar
belum sanggup kekurangan anggota keluarga kami. Apakah
kami belum termasuk orang-orang yang ikhlas? Dan, ayat tersebut berlanjut: “Dan
jika mereka ditimpakan musibah, mereka mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Sesungguhnya kami milik Allah
dan hanya kepadanya kami kembali.[]
Komentar
Posting Komentar